SEJARAH KEBERADAAN
KULLIYATUL MUBALLIGHIEN
MUHAMMADIYAH
KAUMAN PADANGPANJANG
Oleh: Raflis Dt. Mangkuto Nan Itam
Lahirnya
Madrasah Kulliyatul Muballighirn Muhammadiyah di awali dengan munculnya gerakan
pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, khususnya di bumi Minangkabau.
Sebagaimana yang di kemukakan oleh H.Agus Hakim yang ditulisnya dalam Majalah ”Panji Masyarat” nomor 124 April 1973: ”Bahwa timbulnya Perguruan Kulliyatul Muballighin
bersangkut-paut dengan perkembangan pergerakan Muhammadiyah di Sumatera Barat
(Minangkabau).
Gerakan
pembaharuan pemikiran itu berkembang dengan secara terorganisir di Sumatera
Barat yang mana diawali dengan lahirnya ”Sendi
Aman Tiang Selamat” pada bulan Oktober 1924 di Sungai Batang Maninjau Sumatera
Barat yang didirikan oleh Syeih H.A. Karim Amrullah (Inyiak Rasul) yang dipimpin oleh Muhammad
Amin Dt. Pangulu Basa dan paman Buya Hamka H. Yusuf Amrullah. Sebelumnya di
Kampung Kauman Yogjakarta telah muncul sebuah organisasi Muhammadiyah yang
didirikan oleh K.H.A Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 08 Dzulhijjah 1330 H/18
November 1912 M
Gerakan
Muhammadiyah tersebut dibawa oleh putra Sungai Batang yang pernah menetap di
Yogyakarta dan Pekalongan yaitu Ja’far Amrullah Dt. Majo Lelo dan Marah Intan
Dt. Nan Bareno ke Sungai Batang. Misi mereka membawa Muhammadiyah ini ke
kampung halaman karena adanya dorongan atau motivasi Buya A.R. St. Mansur yang teah
lebih dahulu menjadi anggota Muhammadiyah, pada saat itu beliau sedang menetap
di Pekalongan memimpin organisasi Nurul Islam. Gerakan Da’wah Persyarikatan
Muhammadiyah yang dibawa oleh dua orang tokoh tersebut dibantu oleh Syekh DR.
Abdul Karim Amrullah (Inyiak De-er atau inyiak Rasul). Inyiak Rasul ini sebelumnya telah
mengetahui keberadaan Muhammadiyah tersebut disaat berkunjung kepada KH.A.
Dahlan pendiri Muhammafiyah di Yogjakarta.
Gerakan
pembaharuan yang di lakukan oleh Organisasi Muhammadiyah nampaknya seiring
sejalan dengan cita-cita Sendi Aman Tiang Selamat yaitu sama-sama mempunyai
cita-cita pembaharuan pola pikir ummat. Sesuai dengan hasil sepakat mereka
bersama maka dileburlah Sendi Aman ke dalam Muhammadiyah. Semua pimpinan dan
anggotanya menjadi pengurus dalam Persyarikatan Muhammadiyah di Sungai Batang
pada akhir tahun 1924 itu juga.
Pada
tahun 1925 Muhammadiyah tersebut di bawa dan diperkenalkan oleh DR. H. Abdul
Karim Amrullah pendiri Perguruan Thawalib Padangpanjang pada tahun 1911 (yang berawal dalam bentuk pengajian di
Surau Jembatan Besi, sekarang Masjid Zuama’) kepada kawan-kawan seprofesi yang
cukup banyak di Padangpanjang serta kepada murid-murid yang berkualitas. Dengan
telah berseminya ide pembaharuan dalam jiwa mereka pada masa itu maka
didirikanmyalah Persyarikatan Muhammadiyah tersebut di Padangpanjang pada tahun 1926. Tidak lama kemudian Buya
A.R. St. Mansur yang menetap di Pekalongan tersebut pulang ke Padangpanjang
dengan niat dan tujuan untuk membina angkatan Muda dalam mengembangkan
Muhammadiyah di Minangkabau.
Muhammadiyah
ini di saat berdirinya di Yogjakarta berhadapan dengan berbagai tantangan terutama
dari kalangan Kaum bangsawan dan Keluarga Kraton Yogyakarta, memang agak sulit
dan mandek perkembangannya sebagaimana yang di harapkan oleh K.H. A. Dahlan dan
kawan-kawannya. Namun setelah Muhammadiyah ini diperkenalkan kepada tokoh-tokoh
pembaharu yang berasal dari Minangkabau dan setelah dibawanya ke Minangkabau
maka Muhammadiyah disambut dengan semangat dan gembira oleh angkatan muda dan
para tokoh Islam Minangkabau yang mempunyai pemikiran Reformasi yang mana
mereka pada umumnya adalah hasil pembinaan dari Perguruan Thawalib, Diniyyah
School, Irsyadunnas, yang pernah di gembleng oleh Inyiak Rasul, sehingga
Muhammadiyah di Sematera Barat tumbuh dan berkembang dengan cepat sekali.
Apalagi pada waktu itu H. Abdul Malik Karim Amrullah (Prof. DR. HAMKA) pada
saat itu sebagai seorang pemuda memiliki otak yang cemerlang serta seorang
orator ulung berhasil mengembangkan gerakan pembaharuan ini ke berbagai daerah,
baik melalui da’wah lisan maupun melalui tulisan.
Bila
kita telusuri kembali sejarah lahirnya Islam di Makah pada 14 abad yang silam, maka
teringatlah kita kembali perjuangan Rasulullah S.a.w ditantang langsung oleh
kaum kafir Quraisy yang pemuka masyarakatnya adalah dari kalangan keluarga
orangtua beliau sendiri. Seperti Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Syofyan dan
lain-lain.. Hal ini membuat Islam sangat sulit untuk berkembang di tempat
lahirnya (kota Mekah). Namun setelah Rasulullah Hijrah ke Madinah bersama ummat
yang ada pada saat itu (kaum Muhajirin)
disambut dengan gembira dan dengan semangat tinggi oleh penduduk Medinah ( kaum
Anshar). Pada saat inilah Islam berkembang dengan pesat dan cepat kemana-mana..
Begitu juga perjalanan Gerakan Muhammadiyah ini, yang mana sebagai kaum
Ansharnya adalah Tokoh-tokoh ulama dan Gerakan Muda Islam di Minangkabau
khususnya Keluaran Thawalib Padangpanjang di bawah binaan Syekh DR. H.Abdul
Karim Amrullah.
Untuk mengembangkan
gerakan Muhammadiyah tidak cukup hanya dengan berda’wah, berpidato atau melalui
tabligh yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang telah ada itu saja,
tetapi juga melakukan amal usaha, tolong menolong dan menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran dengan tujuan melakukan pembinaan kader-kader yang cerdas
dan energik. Meskipun Tokoh ulama muda penggeraknya yang telah ada itu hasil
bimbingan dan binaan Thawalib di bawah asuhan Syekh DR. H.Abdul Karim Amrullah,
namun Muhammadiyah perlu membentuk lembaga pendidikan yang terorganisir. Untuk
terwujudnya lembaga ini jasa yang tak terlupakan adalah Buya A.R. St. Mansyur
yang telah berhasil mengkader Ustadz Abdullah Kamil, Buya M. Rasyid Idris Dt.
Sinaro Panjang, Sa`alah Yusuf St.
Mangkuto dan HAMKA serta yang lainnya.
Lembaga pendidikan Muhammadiah yang pettama didirikan di Sumatera atau di wilayah Indonrsia Bagian Barat adalah di Kaumana Padangpanjang. Memang untuk mengembangkan cita-cita sebuah organisasi secara efektif termasuk Persyarikatan Muhammadiyah sekurang-kurangnya ada tiga aspek gerakan yang perlu diwujudkan: pertama gerakan Da’wah, kedua pendidikan dan pengajaran dan yang ketiga melaksanakan gerakan tolong menolong (PKU).
Dengan adanya bagian pendidikan dan pengajaran di Muhammadiyah seperti tersebut di atas maka dilahirkanlah sebuah sekolah yang diberi nama TABLIGH SCHOOL.yang didirikan oleh Syekh DR. H. Abdul Karim Amrullah pada tahun 1929 yang pimpinannya di serahkan kepada H. Abdul Malik Karim Amrullah Dt. Indomo. Guru-gurunya terdiri dari pada: Buya A.R.St. Mansur. Sa`alah Yusuf St. Mangkuto, M. Rasyid Idris Dt. Sinaro Panjang, Abdullah Kamil dan Hamka sendiri. Murid- murid yang diterima di TABLIGH SCHOOL adalah paling rendah tamat kelas 5 di Thawalib dan Diniyyah School. Seiring dengan itu di Yogjakarta juga terdapat lembaga Pendidikan Tabligh School yang telah berhasil mencetak kader pemimpin yang terkenal yaitu H. Marzuki Yatim yang wafat pada tahun 1976, beliau pernah memimpin Seksi/Majlis Ekonomi Muhammadiayh Pusat dan juga pernah menjadi anggota Pimpinan Organisasi Islam Internasional.
Lembaga pendidikan Muhammadiah yang pettama didirikan di Sumatera atau di wilayah Indonrsia Bagian Barat adalah di Kaumana Padangpanjang. Memang untuk mengembangkan cita-cita sebuah organisasi secara efektif termasuk Persyarikatan Muhammadiyah sekurang-kurangnya ada tiga aspek gerakan yang perlu diwujudkan: pertama gerakan Da’wah, kedua pendidikan dan pengajaran dan yang ketiga melaksanakan gerakan tolong menolong (PKU).
Dengan adanya bagian pendidikan dan pengajaran di Muhammadiyah seperti tersebut di atas maka dilahirkanlah sebuah sekolah yang diberi nama TABLIGH SCHOOL.yang didirikan oleh Syekh DR. H. Abdul Karim Amrullah pada tahun 1929 yang pimpinannya di serahkan kepada H. Abdul Malik Karim Amrullah Dt. Indomo. Guru-gurunya terdiri dari pada: Buya A.R.St. Mansur. Sa`alah Yusuf St. Mangkuto, M. Rasyid Idris Dt. Sinaro Panjang, Abdullah Kamil dan Hamka sendiri. Murid- murid yang diterima di TABLIGH SCHOOL adalah paling rendah tamat kelas 5 di Thawalib dan Diniyyah School. Seiring dengan itu di Yogjakarta juga terdapat lembaga Pendidikan Tabligh School yang telah berhasil mencetak kader pemimpin yang terkenal yaitu H. Marzuki Yatim yang wafat pada tahun 1976, beliau pernah memimpin Seksi/Majlis Ekonomi Muhammadiayh Pusat dan juga pernah menjadi anggota Pimpinan Organisasi Islam Internasional.
Tabligh
School ini mampu bertahan hanya sampai pada tahun 1931, sebab Buya Hamka pada
tahun itu pindah ke Makassar. Meskipun demikian namun Tabligh School
Muhammadiyah Padangpanjang telah melahirkan beberapa tokoh yang pintar dan
sangat setia berjuang di Muhammadiyah seperti Buya H. Abdul Malik Ahmad wakil
Ketua I Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Buya Zainal Abidin Syu’ib (Buya ZAS)
pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat.
Pada
akhir tahun 1934 Buya Hamka kembali ke Padangpanjang dan di sambut gembira oleh
kakak iparnya Buya A.R.St. Mansur beserta kawan-kawannya seperti S.Y. St.
Mangkuto, Abdullah Kamil, M. Rasyid Idris Dt. Sinaro Pamjang dan yang
lain-lainnya.
Pada
suatu saat Abdullah Kamil pernah berbincang-bincang dengan Buya Hamka untuk
mengusulkan supaya didirikan kembali sekolah Muhammadiyah di Padangpanjang seperti
Tabligh School yang telah terhenti selama Buya Hamka berada di Makassar. Hasil
percakapan mereka berdua tersebut dibawalah ke dalam rapat Muhammadiyah di
rumah Ayah Buya Hamka di Gatangan Pasar Usang Kenagarian Bukitsurungan
Padangpanjang. Maka hasil dari rapat itu dapatlah sebuah keputusan untuk
mendirikan sebuah perguruan yang bernama ”Kulliyatul
Muballighien Muhammadiyah pada awal tahun 1935 yang pimpinannya di
serahkan kepada Buya Hamka sendiri. Guru-gurunya juga terdiri dari pada: Buya
A.R.St. Mansur. Hamka Sa`alah Yusuf St. Mangkuto, M. Rasyid Idris Dt. Sinaro
Panjang dan Abdullah Kamil, Buya H.A. Malik Ahmad dan lain-lain. Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah berbeda dengan
Tabligh School tapi tujuan sama, yaitu mencetak kader Da’wah Islamiyah sesuai
dengan Cita-cita dan Kepribadian Muhammadiyah.
Muridnya yang pertama yang
cukup terkenal antara lain adalah Abdur Rahim putera Makassar yang pernah di
bawa oleh Hamka di waktu beliau kembali ke Padangpanjang, H. Agus Hakim, A.
Rahman Kahar Amrullah tamatan dari Madrasah Irsyadunnas, keluaran Thawalib
Yaman Taher dari Panyalaian, Abdul Bari Jamil Syu’ib Ibrahim dan S. St. Bareno;
yang dari Diniyyah School seperti Syamsudin Ahmad (adik Buya H.A. Malik Ahmad),
dan yang lain-lain yang jumlahnya ada sekitar tiga puluh orang.
Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah (KMM) sebagai
salah satu lembaga pendidikan yang dikelola oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang sederjat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
Merupakan amal usaha yang bergerak dalam bentuk pendidikan yang pertama
kali lahir di Sumatera Barat dan
Sumatera umumnya. Telah melahirkan tokoh-tokoh ulama yang berasal dari berbagai
daerah di sumatera Barat dan dari luar Sumbar seperti dari Sumut, Sumsel,
Bengkulu ,Aceh dan malahan dari Malaysia.
Dasar pemikiran Syekh DR. Abdul Karim Amrullah untuk
Mewujudkan Muhammadiyah disamping.dari hasil menimba ilmu pengetahuan Islam di
Mekah dengan Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawy memperoleh motivasi dari K.H.
A. Dahlan ketika mereka berdua bertemu dan berdialog di atas kereta api pada
saat K.H.A.Dahlan menjemput kedatangan Syekh DR.A.Karim Amrullah untuk di bawa
ke Kampung Kauman Yagjakarta. Dialog mereka berkisar dengan gagasan Pembaharuan
Pemikiran Islam di Indonesia. Yang mana umat Islam di Nusantara ini sebagian
besar terkontaminasi oleh adat-istiadat
daerah setempat yang bertentangan dengan Aqidah Islam.
Penulis sendiri juga pernah
dikader di Kulliyatul
Muballighien Muhammadiyah setelah penulis tamat dari kelas empat Thawalib pada
tahun 1979/1980. Penulis sebelum memasuki KMM adalah orang yang tidak kenal apa
itu Muhammadiayh dan apa tujuannya. Meskipun penulis telah menyauk ilmu
pengetahuan di Thawalib namun yang namanya Tajdid atau pembaharuan belum kenal
sama sekali, karena latar belakang agama orangtua penulis adalah orang yang taqlid
dengan paham kebanyakan orang. Penulis mengerti dengan ”Arruju’ ilal Kitab wa
sunnah” adalah di KMM, di ajar berorganisasi dengan wadahnya Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM) sebagai organisasi otonom dalam Muhammadiyah di KMM, dan
malahan berkembangnya pola fikir adalah setelah penulis mendapatkan binaan di
KMM itu sendiri walaupun penulis hanya dibina selama dua tahun, karena penulis
masuk ke KMM lansung menduduki bangku kelas dua sampai kelas tiga.
KMM sebagai lembaga pendidikan
dan sebagai Pelopor dan Pelangsung gerakan Muhammadiyah di Sumatera Barat tidak
bisa dan malahan tidak harus dilenyapkan dari bumi kauman Padangpanjang, Sebab
keberadaannya mengandung hystoris bagi perjuangan ummat Islam dalam merobah
pola pikir ummat yang sebelumnya tervirus oleh adat tradisi daerah yang dipengaruhi
oleh kepercayaan Animisme dan Dinamisme yang mendarah daging dalam masyarakat
khususnya di bumi Minangkabau.
Alhamdulillah keberadaan KMM
telah membawa perobahan pada pola pikir
sebagian besar umat dari kepercayaan campuran ke arah Aqidah Islamiyah
yang berpedoman kepada Al-Qur`an dan Sunnah (Hadits Shahih). Sebagian besar,
malahan hampir semua kader binaan Kulliyatul Muballighien pada masa lampau
telah berhasil menggerakan kebangkitan Islam dari Sabang sampai Merouke yang
dideking oleh tokoh-tokoh Islam yang
dikader di Perguruan Islam lainnya yang terkenal dalam sejarah, seperti Perguruan
Thawalib Padangpanjang, Sumatera Thawalib di Parabek, dan perguruan Islam yang ada di Sumbar.
Sesuai
dengan situasi dan kondisi perkembangan negara Indonesia dari sejak zaman
penjajahan Belanda, penjajahan Jepang sampai tercetusnya Kemerdekaan RI. Juga pada zaman orde lama dan orde baru
sampai era reformasi sekarang ini yang mana perjalanan KMM juga ikut terbawa arus pasang naik dan pasang
surut. KMM pernah mencapai masa kemajuan dan juga pernah menghadapi kemunduran.
KMM pernah berobah nama dengan nama Kulliyatul Muballighat Muhammadiyah pada tahun 1948-1952, malahan dari
1952 sampai 1964 KMM pernah non aktif yang pada waktu itu berganti dengan
sekolah SGAA. Namun secara hakikatnya KMM itu tidak lenyap. Pada tahun 1964
sampai sekarang KMM tetap hidup meskipun menghadapi berbagai macam kendala
sesuai dengan perkembangan tehnologi.
Sejarah
keberadaan Komplek Kauman Muhammadiyah tidak bisa dipisahkan dengan Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah. Sebab
harumnya nama Kauman Padangpanjang karena adanya KMM itu sendiri, meskipun di Kauman
itu telah ada PAUD, TK ABA, SD
Muhammadiyah, MTs.M, SMP dan SMA Muhammadiyah, disamping itu juga ada perguruan
tinggi. Justru itu semua kita tentu tidak ingin KMM itu di kesampingkan dari
perhatian kita. Sebab sebagian orang yang tidak tahu dengan sejarah KMM dan
tumbuh kembangnya Muhammadiyah di Minangkabau tidak akan pernah mempertahankan
dan apalagi melanjutkan aktifitas KMM ini.
Berdasarkan
pengalaman yang telah dilalui tersebut di atas maka untuk penerimaan siswa baru
tahun pelajaran 2009/2010 KMM merencanakan atau memogramkan dalam peningkatan
jumlah siswa dengan melalui program diantaranya Beasiswa bagi siswa/i
yang juara I dari MTs. Negeri dan Swasta baik yang ada di Sumatera Barat maupun
sekolah atau Madrasah terdapat di daerah lain di luar Sumbar untuk mengambil
program unggulan menjurus kepada keagamaan sebagai membangkit kembali batang
terendam atau mengembalikan jati dirinya KMM kepada cita-citanya semula yang
pernah di cetuskan oleh Buya A.R.St. Mansur, Hamka dan yang lainnya yang telah
bersusah payah memperjuangkan keberadaannya tersebut.
Dahulu
KMM sangat diminati oleh semua kalangan masyarakat tidak hanya di Sumatera
Barat saja akan tetapi juga ada dari luar seperti dari RIAU, Sumut, Aceh,
Sumbagsel dan daerah lainnya, malahan dari negara tetangga Malaysia.. Namun
akhir-akhir ini madrasah kita ini mengalami kemuuduran baik dari segi kuantitas
maupun dari segi kualitasnya. Meskipun sudah banyak usaha yang dilakukan dalam
bentuk promosi ke berbagai daerah dalam mencari siswa namun usaha itu belum
tercapai hasil yang maksimal. Nampaknya minat masyarakat masuk sekolah
Agama itu sendiri menurun termasuk
peminat untuk ke Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah. Dengan usianya yang
telah mencapai 80 tahun ini telah banyak melahirkan tokoh-tokoh yang sudah
berhasil di berbagai bidang kehidupan yang berjasa dalam pembaharuan pemikiran
umat Islam, menjadi pejuang kemerdekaan dan dalam kepemerintahan mulai sejak
Indonesia merdeka sampai sekarang.
Dalam
perkembangannya, KMM ini juga termasuk salah satu dari 40 madrasah yang
menjalin kerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi ( BPPT )
Jakarta melalui Piagam Kerjasama tanggal 25 Nopember 1992 yang ditandatangani
oleh Ketua BPPT Jakarta Prof. DR. Ing. BJ. Habibie.
Sementara pada tahun 1999/2000
madrasah ini mendapat bantuan oleh Bank Pembangunan Islam ( Islamic Development Bank – IDB ) yang
berkedudukan di Arab Saudi melalui Kementerian Agama RI
berupa 3 ( tiga ) unit Gedung keterampilan ( Elektronika, Tata Boga dan Tata
Busana ) beserta perlengkapan / mobilernya dengan biaya Rp.1,5 Milliyar dan 6 (
enam ) orang tenaga pengajar negeri serta subsidi biaya operasional dan tenaga
listrik berkekuatan 1000 KVA.
Alhamdulillah pada beberapa waktu yang lalu KMM juga mendapatkan Bantuan
berupa peralatan seperti ginset, pompa air, mesin photo copy dan lain-lain.
Serta memperoleh bantuan seperangkat Labor Bahasa
Selain bidang keterampilan, KMM memiliki ciri khas pembelajaran pada bidang
Ketarjihan yang bertujuan supaya generasi muda Islam tidak taqlid pada faham
Islam tradisi, juga bidang Takhassus
al-Falaqiyah, suatu disiplin ilmu yang
mempelajari tentang Ilmu Perbintangan/Falaq yang digunakan untuk mendalami
masalah hitungan hari, bulan dan penanggalan/kalender. Disiplin
ilmu ini baru satu-satunya yang
dikembangkan oleh KMM Padangpanjang di Wilayah Indonesia
Bagian Barat.
Perkembangan sains dan tehnologi serta
perkembangan arus Globalisasi dari masa
ke masa tidak akan mampu di
bendung dengan mengandalkan apa adanya dan dengan berangan-angan tanpa merobah
paradigma. Bila kita telusuri kembali awal berdiri dan perkembangannya KMM
sebagaimana yang penulis ungkapkan di atas maka selayaknya kira untuk
membangkit batang terendam kembali yang sesuai dengan kemajuan tehnologi
sekarang. Kemudian diperkuat dengan langka-langkah antara lain sebagai berikut:
1.
Adanya kerjasama dengan semua Alumni dimana
berada.
2.
Membentuk ikatan Alumni di setiap
daerah-daerah;
3.
Menanamkan disiplin dalam pelaksanaan PBM.
4.
Terwujudnya rasa tanggung jawab penuh secara
bersama dari tenaga pendidik dan pengelola Madrasah KMM.
5.
Adanya Link dan Kerjasama
dengan Perguruan Tinggi Islam dan Umum Dalam Negeri
dan Luar Negeri.
6.
Melengkapi sarana dan prasana pendidikan
sesuai dengan tuntutan dan perkembangan dunia pemdidikan.
7.
Adanya saling keterikatan serta butuh
membutuhkan antara si pendidik dengan yang di didik.
8.
Menyediakan tehnologi informasi yang tengah
berkembang pada saat ini, seperti Internet yang memuat Face Book, Webside dan
penyajian pembelajaran dengan memanfaatkan Laptop dan Infocus pada setiap lokal
9.
Memeneg Keuangan yang transparan
10. Mehilangkan
kebijakan-kebijakan yang akan menimbulkan kecemburuan sosial pada pengelola KM
itu sendiri.
11. Dan
lain-lain.
Dengan tujuan: ”Terwujudnya kader ulama
Intelektual yang militan, berakhlak mulia, cakap, percaya diri, bertanggung
jawab serta berguna bagi masyarakat”. Sesuai dengan Visi KMM itu sendiri yaitu
: ”Terwujudnya Madrasah yang Mampu Mempersiapkan dan mewujudkan Siswa yang
Berprestasi dalam Zikir (Beriman), Fikir (Intelektual) dan Mahir (Terampil)”. Sebagai mana Saudara Nova Indra Alumni KMM
tamatan tahun 1995 mengemukakan dalam buku Embrio
Muhammadiyah tentang misi KMM beranjak dari visi di atas:
”Maka KMM telah menetapkan lima macam Misi
berdimensi kekinian yaitu: (1) Mempersiapkan lulusan yang memiliki keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah S.W.T; (2) mempersiapkan lulusan yang memiliki ilmu
pengetahuan dan sains tehnologi; (3) mempersiapkan
lulusan yang mempunyai kemandirian dalam bidang
keterampilan ; (4) mempersiapkan lulusan yang memiliki ilmu Agama dan ilmu umum
serta mampu bersaing dan menerapkan ilmunya di tengah-tengah masyarakat; dan (5)
mempersiapkan lulusan yang memiliki dasar ilmu keislaman untuk melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi umum dan agama, baik di Dalam
maupun di Luar Negeri”.
Terakhir KMM disamping Menjalankan Kurikulum
Diknas dan Kurikulum Kemepag juga Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah memiliki Kurikulum Khas Pondok/KMM seperti: Ilmu
Mantiq, Ilmu Dakwah, Qawaid, Balaghah, Ilmu Jiwa, Ketarjihan, Kaligrafi,
Tilawah, Kemuhammadiyahan dan Ilmu Hisab/Ilmu Falaq.
Penulis sangat merasa gembira dengan adanya
TEMU NASIONAL ALUMNI KMM yang digagas oleh kawan-kawan alumni KM itu sendiri
aang di adakan pada tanggal 13-15 Mei 2011. Semoga semua keluarga besar KMM bisa memberikan
masukan-masukan yang cerah untuk KMM ke depan sehingga KMM
mampu menghadapi tantangan masa depan yang lebih rumit dari sekarang, dengan
mewujudkan kepedulian bersama.
Akhir kalam penulis bermohon kepada Allah semoga tulisan
ini dapat dibaca dan difahami oleh Tokoh Muhammadiyah baik yang pernah menimba
ilmu di Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah maupun warga Muhammadiyah dan Ummat
Islam pada umumnya. Amin Ya Rabbal ’alamin. Billahittaudiq
wal hidayah.
Sumber bacaan:
1. Kenang-kenangan 70 Tahun Buya HAMKA
2. Embrio Muhammadiyah Ada di Kauman Padangpanjang
3. Ayahku Karangan Buya Hamka
4. Buku-Buku lainnya
o0Rfls0o
Ass...kum ww. Saya(Gusri malda) gala st.tumangguang.putra balingka kec 4 koto kab agam.bekerja di pertamina area p.brandan SUMUT.Ambo adalah alumni kmm pd.panjang th 1976 sd 1978.bakainginan mancari kawan2nan saangkatan&sabalunnyo atau sasudahnyo.mohon kapado kawan2mangontak no 085359610607.tarimo kasih&slm kangen.
BalasHapus