Jumat, 27 Januari 2012

Sejarah KMM


SEJARAH KEBERADAAN
KULLIYATUL MUBALLIGHIEN MUHAMMADIYAH
KAUMAN PADANGPANJANG
Oleh: Raflis Dt. Mangkuto Nan Itam

Lahirnya Madrasah Kulliyatul Muballighirn Muhammadiyah di awali dengan munculnya gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, khususnya di bumi Minangkabau. Sebagaimana yang di kemukakan oleh H.Agus Hakim yang ditulisnya dalam Majalah ”Panji Masyarat” nomor 124 April 1973: Bahwa timbulnya Perguruan Kulliyatul Muballighin bersangkut-paut dengan perkembangan pergerakan Muhammadiyah di Sumatera Barat (Minangkabau).
Gerakan pembaharuan pemikiran itu berkembang dengan secara terorganisir di Sumatera Barat yang mana diawali dengan lahirnya ”Sendi Aman Tiang Selamat” pada bulan Oktober 1924 di Sungai Batang Maninjau Sumatera Barat yang didirikan oleh Syeih H.A. Karim Amrullah  (Inyiak Rasul) yang dipimpin oleh Muhammad Amin Dt. Pangulu Basa dan paman Buya Hamka H. Yusuf Amrullah. Sebelumnya di Kampung Kauman Yogjakarta telah muncul sebuah organisasi Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H.A Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 08 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 M
Gerakan Muhammadiyah tersebut dibawa oleh putra Sungai Batang yang pernah menetap di Yogyakarta dan Pekalongan yaitu Ja’far Amrullah Dt. Majo Lelo dan Marah Intan Dt. Nan Bareno ke Sungai Batang. Misi mereka membawa Muhammadiyah ini ke kampung halaman karena adanya dorongan atau motivasi Buya A.R. St. Mansur yang teah lebih dahulu menjadi anggota Muhammadiyah, pada saat itu beliau sedang menetap di Pekalongan memimpin organisasi Nurul Islam. Gerakan Da’wah Persyarikatan Muhammadiyah yang dibawa oleh dua orang tokoh tersebut dibantu oleh Syekh DR. Abdul Karim Amrullah (Inyiak De-er atau inyiak Rasul). Inyiak Rasul ini sebelumnya telah mengetahui keberadaan Muhammadiyah tersebut disaat berkunjung kepada KH.A. Dahlan pendiri Muhammafiyah di Yogjakarta. 
Gerakan pembaharuan yang di lakukan oleh Organisasi Muhammadiyah nampaknya seiring sejalan dengan cita-cita Sendi Aman Tiang Selamat yaitu sama-sama mempunyai cita-cita pembaharuan pola pikir ummat. Sesuai dengan hasil sepakat mereka bersama maka dileburlah Sendi Aman ke dalam Muhammadiyah. Semua pimpinan dan anggotanya menjadi pengurus dalam Persyarikatan Muhammadiyah di Sungai Batang pada akhir tahun 1924 itu juga.
Pada tahun 1925 Muhammadiyah tersebut di bawa dan diperkenalkan oleh DR. H. Abdul Karim Amrullah pendiri Perguruan Thawalib Padangpanjang pada tahun 1911 (yang berawal dalam bentuk pengajian di Surau Jembatan Besi, sekarang Masjid Zuama’) kepada kawan-kawan seprofesi yang cukup banyak di Padangpanjang serta kepada murid-murid yang berkualitas. Dengan telah berseminya ide pembaharuan dalam jiwa mereka pada masa itu maka didirikanmyalah Persyarikatan Muhammadiyah tersebut di Padangpanjang  pada tahun 1926. Tidak lama kemudian Buya A.R. St. Mansur yang menetap di Pekalongan tersebut pulang ke Padangpanjang dengan niat dan tujuan untuk membina angkatan Muda dalam mengembangkan Muhammadiyah di Minangkabau.
Muhammadiyah ini di saat berdirinya di Yogjakarta berhadapan dengan berbagai tantangan terutama dari kalangan Kaum bangsawan dan Keluarga Kraton Yogyakarta, memang agak sulit dan mandek perkembangannya sebagaimana yang di harapkan oleh K.H. A. Dahlan dan kawan-kawannya. Namun setelah Muhammadiyah ini diperkenalkan kepada tokoh-tokoh pembaharu yang berasal dari Minangkabau dan setelah dibawanya ke Minangkabau maka Muhammadiyah disambut dengan semangat dan gembira oleh angkatan muda dan para tokoh Islam Minangkabau yang mempunyai pemikiran Reformasi yang mana mereka pada umumnya adalah hasil pembinaan dari Perguruan Thawalib, Diniyyah School, Irsyadunnas, yang pernah di gembleng oleh Inyiak Rasul, sehingga Muhammadiyah di Sematera Barat tumbuh dan berkembang dengan cepat sekali. Apalagi pada waktu itu H. Abdul Malik Karim Amrullah (Prof. DR. HAMKA) pada saat itu sebagai seorang pemuda memiliki otak yang cemerlang serta seorang orator ulung berhasil mengembangkan gerakan pembaharuan ini ke berbagai daerah, baik melalui da’wah lisan maupun melalui tulisan.
Bila kita telusuri kembali sejarah lahirnya Islam di Makah pada 14 abad yang silam, maka teringatlah kita kembali perjuangan Rasulullah S.a.w ditantang langsung oleh kaum kafir Quraisy yang pemuka masyarakatnya adalah dari kalangan keluarga orangtua beliau sendiri. Seperti Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Syofyan dan lain-lain.. Hal ini membuat Islam sangat sulit untuk berkembang di tempat lahirnya (kota Mekah). Namun setelah Rasulullah Hijrah ke Madinah bersama ummat yang ada pada saat itu  (kaum Muhajirin) disambut dengan gembira dan dengan semangat tinggi oleh penduduk Medinah ( kaum Anshar). Pada saat inilah Islam berkembang dengan pesat dan cepat kemana-mana.. Begitu juga perjalanan Gerakan Muhammadiyah ini, yang mana sebagai kaum Ansharnya adalah Tokoh-tokoh ulama dan Gerakan Muda Islam di Minangkabau khususnya Keluaran Thawalib Padangpanjang di bawah binaan Syekh DR. H.Abdul Karim Amrullah.
Untuk mengembangkan gerakan Muhammadiyah tidak cukup hanya dengan berda’wah, berpidato atau melalui tabligh yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang telah ada itu saja, tetapi juga melakukan amal usaha, tolong menolong dan menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dengan tujuan melakukan pembinaan kader-kader yang cerdas dan energik. Meskipun Tokoh ulama muda penggeraknya yang telah ada itu hasil bimbingan dan binaan Thawalib di bawah asuhan Syekh DR. H.Abdul Karim Amrullah, namun Muhammadiyah perlu membentuk lembaga pendidikan yang terorganisir. Untuk terwujudnya lembaga ini jasa yang tak terlupakan adalah Buya A.R. St. Mansyur yang telah berhasil mengkader Ustadz Abdullah Kamil, Buya M. Rasyid Idris Dt. Sinaro Panjang,  Sa`alah Yusuf St. Mangkuto dan HAMKA serta  yang lainnya.   


Lembaga pendidikan Muhammadiah yang pettama didirikan di Sumatera  atau di wilayah Indonrsia Bagian Barat adalah di Kaumana Padangpanjang. Memang untuk mengembangkan cita-cita sebuah organisasi secara efektif  termasuk Persyarikatan Muhammadiyah sekurang-kurangnya ada tiga aspek gerakan yang perlu diwujudkan: pertama gerakan Da’wah, kedua pendidikan dan pengajaran dan yang ketiga melaksanakan gerakan tolong menolong (PKU).


Dengan adanya bagian pendidikan dan pengajaran di Muhammadiyah seperti tersebut di atas maka dilahirkanlah sebuah sekolah yang diberi nama TABLIGH SCHOOL.yang didirikan oleh Syekh DR. H. Abdul Karim Amrullah pada tahun 1929 yang pimpinannya di serahkan kepada   H. Abdul Malik Karim Amrullah Dt. Indomo. Guru-gurunya terdiri dari pada: Buya A.R.St. Mansur. Sa`alah Yusuf St. Mangkuto, M. Rasyid Idris Dt. Sinaro Panjang, Abdullah Kamil dan Hamka sendiri. Murid- murid yang diterima di TABLIGH SCHOOL adalah paling rendah tamat kelas 5 di Thawalib dan Diniyyah School. Seiring dengan itu di Yogjakarta juga terdapat lembaga Pendidikan Tabligh School yang telah berhasil mencetak kader pemimpin yang terkenal yaitu H. Marzuki Yatim yang wafat pada tahun 1976, beliau pernah memimpin Seksi/Majlis Ekonomi Muhammadiayh Pusat dan juga pernah menjadi anggota Pimpinan Organisasi Islam Internasional.

Tabligh School ini mampu bertahan hanya sampai pada tahun 1931, sebab Buya Hamka pada tahun itu pindah ke Makassar. Meskipun demikian namun Tabligh School Muhammadiyah Padangpanjang telah melahirkan beberapa tokoh yang pintar dan sangat setia berjuang di Muhammadiyah seperti Buya H. Abdul Malik Ahmad wakil Ketua I Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Buya Zainal Abidin Syu’ib (Buya ZAS) pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat.
Pada akhir tahun 1934 Buya Hamka kembali ke Padangpanjang dan di sambut gembira oleh kakak iparnya Buya A.R.St. Mansur beserta kawan-kawannya seperti S.Y. St. Mangkuto, Abdullah Kamil, M. Rasyid Idris Dt. Sinaro Pamjang dan yang lain-lainnya.
Pada suatu saat Abdullah Kamil pernah berbincang-bincang dengan Buya Hamka untuk mengusulkan supaya didirikan kembali sekolah Muhammadiyah di Padangpanjang seperti Tabligh School yang telah terhenti selama Buya Hamka berada di Makassar. Hasil percakapan mereka berdua tersebut dibawalah ke dalam rapat Muhammadiyah di rumah Ayah Buya Hamka di Gatangan Pasar Usang Kenagarian Bukitsurungan Padangpanjang. Maka hasil dari rapat itu dapatlah sebuah keputusan untuk mendirikan sebuah perguruan yang bernama ”Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah pada awal tahun 1935 yang pimpinannya di serahkan kepada Buya Hamka sendiri. Guru-gurunya juga terdiri dari pada: Buya A.R.St. Mansur. Hamka Sa`alah Yusuf St. Mangkuto, M. Rasyid Idris Dt. Sinaro Panjang dan Abdullah Kamil, Buya H.A. Malik Ahmad dan lain-lain. Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah berbeda dengan Tabligh School tapi tujuan sama, yaitu mencetak kader Da’wah Islamiyah sesuai dengan Cita-cita dan Kepribadian Muhammadiyah.
Muridnya yang pertama yang cukup terkenal antara lain adalah Abdur Rahim putera Makassar yang pernah di bawa oleh Hamka di waktu beliau kembali ke Padangpanjang, H. Agus Hakim, A. Rahman Kahar Amrullah tamatan dari Madrasah Irsyadunnas, keluaran Thawalib Yaman Taher dari Panyalaian, Abdul Bari Jamil Syu’ib Ibrahim dan S. St. Bareno; yang dari Diniyyah School seperti Syamsudin Ahmad (adik Buya H.A. Malik Ahmad), dan yang lain-lain yang jumlahnya ada sekitar tiga puluh orang.
Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah (KMM) sebagai salah satu lembaga pendidikan yang dikelola oleh Persyarikatan Muhammadiyah  yang sederjat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Merupakan amal usaha yang bergerak dalam bentuk pendidikan yang pertama kali  lahir di Sumatera Barat dan Sumatera umumnya. Telah melahirkan tokoh-tokoh ulama yang berasal dari berbagai daerah di sumatera Barat dan dari luar Sumbar seperti dari Sumut, Sumsel, Bengkulu ,Aceh dan malahan dari Malaysia.
Dasar pemikiran Syekh DR. Abdul Karim Amrullah untuk Mewujudkan Muhammadiyah disamping.dari hasil menimba ilmu pengetahuan Islam di Mekah dengan Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawy memperoleh motivasi dari K.H. A. Dahlan ketika mereka berdua bertemu dan berdialog di atas kereta api pada saat K.H.A.Dahlan menjemput kedatangan Syekh DR.A.Karim Amrullah untuk di bawa ke Kampung Kauman Yagjakarta. Dialog mereka berkisar dengan gagasan Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia. Yang mana umat Islam di Nusantara ini sebagian besar terkontaminasi oleh adat-istiadat  daerah setempat yang bertentangan dengan Aqidah Islam.
Penulis sendiri juga pernah dikader di Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah setelah penulis tamat dari kelas empat Thawalib pada tahun 1979/1980. Penulis sebelum memasuki KMM adalah orang yang tidak kenal apa itu Muhammadiayh dan apa tujuannya. Meskipun penulis telah menyauk ilmu pengetahuan di Thawalib namun yang namanya Tajdid atau pembaharuan belum kenal sama sekali, karena latar belakang agama orangtua penulis adalah orang yang taqlid dengan paham kebanyakan orang. Penulis mengerti dengan ”Arruju’ ilal Kitab wa sunnah” adalah di KMM, di ajar berorganisasi dengan wadahnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sebagai organisasi otonom dalam Muhammadiyah di KMM, dan malahan berkembangnya pola fikir adalah setelah penulis mendapatkan binaan di KMM itu sendiri walaupun penulis hanya dibina selama dua tahun, karena penulis masuk ke KMM lansung menduduki bangku kelas dua sampai kelas tiga.
KMM sebagai lembaga pendidikan dan sebagai Pelopor dan Pelangsung gerakan Muhammadiyah di Sumatera Barat tidak bisa dan malahan tidak harus dilenyapkan dari bumi kauman Padangpanjang, Sebab keberadaannya mengandung hystoris bagi perjuangan ummat Islam dalam merobah pola pikir ummat yang sebelumnya tervirus oleh adat tradisi daerah yang dipengaruhi oleh kepercayaan Animisme dan Dinamisme yang mendarah daging dalam masyarakat khususnya di bumi Minangkabau.
Alhamdulillah keberadaan KMM telah membawa perobahan pada pola pikir  sebagian besar umat dari kepercayaan campuran ke arah Aqidah Islamiyah yang berpedoman kepada Al-Qur`an dan Sunnah (Hadits Shahih). Sebagian besar, malahan hampir semua kader binaan Kulliyatul Muballighien pada masa lampau telah berhasil menggerakan kebangkitan Islam dari Sabang sampai Merouke yang dideking oleh tokoh-tokoh Islam  yang dikader di Perguruan Islam lainnya yang terkenal dalam sejarah, seperti Perguruan Thawalib Padangpanjang, Sumatera Thawalib di Parabek, dan perguruan Islam  yang ada di Sumbar.
Sesuai dengan situasi dan kondisi perkembangan negara Indonesia dari sejak zaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang sampai tercetusnya Kemerdekaan RI.  Juga pada zaman orde lama dan orde baru sampai era reformasi sekarang ini yang mana perjalanan KMM  juga ikut terbawa arus pasang naik dan pasang surut. KMM pernah mencapai masa kemajuan dan juga pernah menghadapi kemunduran. KMM pernah berobah nama dengan nama Kulliyatul Muballighat Muhammadiyah  pada tahun 1948-1952, malahan dari 1952 sampai 1964 KMM pernah non aktif yang pada waktu itu berganti dengan sekolah SGAA. Namun secara hakikatnya KMM itu tidak lenyap. Pada tahun 1964 sampai sekarang KMM tetap hidup meskipun menghadapi berbagai macam kendala sesuai dengan perkembangan tehnologi.
Sejarah keberadaan Komplek Kauman Muhammadiyah tidak bisa dipisahkan dengan Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah. Sebab harumnya nama Kauman Padangpanjang karena adanya KMM itu sendiri, meskipun di Kauman itu telah ada PAUD,  TK ABA, SD Muhammadiyah, MTs.M, SMP dan SMA Muhammadiyah, disamping itu juga ada perguruan tinggi. Justru itu semua kita tentu tidak ingin KMM itu di kesampingkan dari perhatian kita. Sebab sebagian orang yang tidak tahu dengan sejarah KMM dan tumbuh kembangnya Muhammadiyah di Minangkabau tidak akan pernah mempertahankan dan apalagi melanjutkan aktifitas KMM ini.
Berdasarkan pengalaman yang telah dilalui tersebut di atas maka untuk penerimaan siswa baru tahun pelajaran 2009/2010 KMM merencanakan atau memogramkan dalam peningkatan jumlah siswa dengan melalui program diantaranya Beasiswa bagi siswa/i yang juara I dari MTs. Negeri dan Swasta baik yang ada di Sumatera Barat maupun sekolah atau Madrasah terdapat di daerah lain di luar Sumbar untuk mengambil program unggulan menjurus kepada keagamaan sebagai membangkit kembali batang terendam atau mengembalikan jati dirinya KMM kepada cita-citanya semula yang pernah di cetuskan oleh Buya A.R.St. Mansur, Hamka dan yang lainnya yang telah bersusah payah memperjuangkan keberadaannya tersebut.
Dahulu KMM sangat diminati oleh semua kalangan masyarakat tidak hanya di Sumatera Barat saja akan tetapi juga ada dari luar seperti dari RIAU, Sumut, Aceh, Sumbagsel dan daerah lainnya, malahan dari negara tetangga Malaysia.. Namun akhir-akhir ini madrasah kita ini mengalami kemuuduran baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitasnya. Meskipun sudah banyak usaha yang dilakukan dalam bentuk promosi ke berbagai daerah dalam mencari siswa namun usaha itu belum tercapai hasil yang maksimal. Nampaknya minat masyarakat masuk sekolah Agama  itu sendiri menurun termasuk peminat untuk ke Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah. Dengan usianya yang telah mencapai 80 tahun ini telah banyak melahirkan tokoh-tokoh yang sudah berhasil di berbagai bidang kehidupan yang berjasa dalam pembaharuan pemikiran umat Islam, menjadi pejuang kemerdekaan dan dalam kepemerintahan mulai sejak Indonesia merdeka sampai sekarang.
          Dalam perkembangannya, KMM ini juga termasuk salah satu dari 40 madrasah yang menjalin kerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi ( BPPT ) Jakarta melalui Piagam Kerjasama tanggal 25 Nopember 1992 yang ditandatangani oleh Ketua BPPT Jakarta Prof. DR. Ing. BJ. Habibie.


              Sementara pada tahun 1999/2000 madrasah ini mendapat bantuan oleh Bank Pembangunan Islam ( Islamic Development Bank – IDB ) yang berkedudukan di Arab Saudi melalui Kementerian Agama RI berupa 3 ( tiga ) unit Gedung keterampilan ( Elektronika, Tata Boga dan Tata Busana ) beserta perlengkapan / mobilernya dengan biaya Rp.1,5 Milliyar dan 6 ( enam ) orang tenaga pengajar negeri serta subsidi biaya operasional dan tenaga listrik berkekuatan 1000 KVA.
Alhamdulillah pada beberapa waktu yang lalu KMM juga mendapatkan Bantuan berupa peralatan seperti ginset, pompa air, mesin photo copy dan lain-lain. Serta memperoleh bantuan seperangkat Labor Bahasa
Selain bidang keterampilan, KMM memiliki ciri khas pembelajaran pada bidang Ketarjihan yang bertujuan supaya generasi muda Islam tidak taqlid pada faham Islam tradisi, juga bidang  Takhassus al-Falaqiyah, suatu disiplin ilmu  yang mempelajari tentang Ilmu Perbintangan/Falaq yang digunakan untuk mendalami masalah hitungan hari, bulan dan penanggalan/kalender. Disiplin ilmu ini baru satu-satunya yang dikembangkan oleh KMM Padangpanjang di Wilayah Indonesia Bagian Barat.
            Perkembangan sains dan tehnologi serta perkembangan arus Globalisasi dari masa  ke masa tidak akan mampu  di bendung dengan mengandalkan apa adanya dan dengan berangan-angan tanpa merobah paradigma. Bila kita telusuri kembali awal berdiri dan perkembangannya KMM sebagaimana yang penulis ungkapkan di atas maka selayaknya kira untuk membangkit batang terendam kembali yang sesuai dengan kemajuan tehnologi sekarang. Kemudian diperkuat dengan langka-langkah antara lain sebagai berikut:
1.      Adanya kerjasama dengan semua Alumni dimana berada.
2.      Membentuk ikatan Alumni di setiap daerah-daerah;
3.      Menanamkan disiplin dalam pelaksanaan PBM.
4.      Terwujudnya rasa tanggung jawab penuh secara bersama dari tenaga pendidik dan pengelola Madrasah KMM.
5.      Adanya Link dan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Islam dan Umum Dalam Negeri dan Luar Negeri.
6.      Melengkapi sarana dan prasana pendidikan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan dunia pemdidikan.
7.      Adanya saling keterikatan serta butuh membutuhkan antara si pendidik dengan yang di didik.
8.      Menyediakan tehnologi informasi yang tengah berkembang pada saat ini, seperti Internet yang memuat Face Book, Webside dan penyajian pembelajaran dengan memanfaatkan Laptop dan Infocus pada setiap lokal
9.      Memeneg Keuangan yang transparan
10.  Mehilangkan kebijakan-kebijakan yang akan menimbulkan kecemburuan sosial pada pengelola KM itu sendiri.
11.  Dan lain-lain.
Dengan tujuan: ”Terwujudnya kader ulama Intelektual yang militan, berakhlak mulia, cakap, percaya diri, bertanggung jawab serta berguna bagi masyarakat”. Sesuai dengan Visi KMM itu sendiri yaitu : ”Terwujudnya Madrasah yang Mampu Mempersiapkan dan mewujudkan Siswa yang Berprestasi dalam Zikir (Beriman), Fikir (Intelektual) dan Mahir (Terampil)”. Sebagai mana Saudara Nova Indra Alumni KMM tamatan tahun 1995 mengemukakan dalam buku Embrio Muhammadiyah tentang misi KMM beranjak dari visi di atas:
”Maka KMM telah menetapkan lima macam Misi berdimensi kekinian yaitu: (1) Mempersiapkan lulusan yang memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah S.W.T; (2) mempersiapkan lulusan yang memiliki ilmu pengetahuan dan sains tehnologi; (3) mempersiapkan lulusan yang mempunyai kemandirian dalam bidang keterampilan ; (4) mempersiapkan lulusan yang memiliki ilmu Agama dan ilmu umum serta mampu bersaing dan menerapkan ilmunya di tengah-tengah masyarakat; dan (5) mempersiapkan lulusan yang memiliki dasar ilmu keislaman untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi umum dan agama, baik di Dalam maupun di Luar Negeri”.
Terakhir KMM disamping Menjalankan Kurikulum Diknas dan Kurikulum Kemepag juga Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah memiliki Kurikulum Khas Pondok/KMM seperti: Ilmu Mantiq, Ilmu Dakwah, Qawaid, Balaghah, Ilmu Jiwa, Ketarjihan, Kaligrafi, Tilawah, Kemuhammadiyahan dan Ilmu Hisab/Ilmu Falaq.
Penulis sangat merasa gembira dengan adanya TEMU NASIONAL ALUMNI KMM yang digagas oleh kawan-kawan alumni KM itu sendiri aang di adakan pada tanggal 13-15 Mei 2011. Semoga semua keluarga besar KMM bisa memberikan masukan-masukan yang cerah untuk KMM ke depan sehingga KMM mampu menghadapi tantangan masa depan yang lebih rumit dari sekarang, dengan mewujudkan kepedulian bersama.
Akhir kalam penulis bermohon kepada Allah semoga tulisan ini dapat dibaca dan difahami oleh Tokoh Muhammadiyah baik yang pernah menimba ilmu di Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah maupun warga Muhammadiyah dan Ummat Islam pada umumnya. Amin Ya Rabbal ’alamin. Billahittaudiq wal hidayah.

Sumber bacaan:
1.      Kenang-kenangan 70 Tahun Buya HAMKA
2.      Embrio Muhammadiyah Ada di Kauman Padangpanjang
3.      Ayahku Karangan Buya Hamka
4.      Buku-Buku lainnya




o0Rfls0o




1 komentar:

  1. Ass...kum ww. Saya(Gusri malda) gala st.tumangguang.putra balingka kec 4 koto kab agam.bekerja di pertamina area p.brandan SUMUT.Ambo adalah alumni kmm pd.panjang th 1976 sd 1978.bakainginan mancari kawan2nan saangkatan&sabalunnyo atau sasudahnyo.mohon kapado kawan2mangontak no 085359610607.tarimo kasih&slm kangen.

    BalasHapus